Mengenai Hakikat Pembelajaran Bahasa (bagian 1)...

Sedang Trending 1 10 tahun yang lalu

Belajar berbahasa adalah belajar berkomunikasi. Pemikiran ini muncul dari kebenaran dalam pemakaian bahasa. Bahasa dimiliki setiap perseorangan untuk melakukan kegiatan berkomunikasi antarsesama. Pemikiran seperti ini sudah muncul sebenarnya dalam linguistik Struktural Mongin-Ferdinand de Saussure. Saussure mengatakan bahwa language is a social institutions bahasa merupakan kebenaran sosial (Saussure, 1971: 15). Pemikiran Saussure ini banyak dipengaruhi oleh pemikiran mahir sosiologi Emile Durkheim (Samsuri. 1988:11). Dengan demikian, perhatian terhadap aspek kernanusiaan mendapat tempat dalam pengajaran bahasa.


Para linguis terapan pun memikirkan pola pengembangan pengajaran bahasa yang berwawas kemanusiaan sehingga lahirlah ancangan nan dinamakan ancangan humanistik (Stevik, 1 991). Ancangan ini melahirkan Community Language Learning (CLL) nan dikembangkan oleh Charles A. Curran, Total Physical Response (TPR) yang dikembangkan oleh James Asher. The Natural Approach (NA) nan dikembangkan oleh Tracy Terrell, The Silent Way nan dikembangkan oleh Caleb Gattegno. dan Suggestopedia vang dikembangkan oleh Georgi Lozanov. Pengembangan ancangan berwawas humanistik tersebut lebih ditujukan pada pengajaran bahasa kedua dan atau pengajaran bahasa asing.

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgsBhxw_DCxw-Shw9mCHsLY-HUuxT89ChEs8w2p9IorkuQRExSj7OsXEHBzDvSgSfpc2jJIowj2kvWgtmTGUmBnLl4vHk__K9s2NHux5bUcRiDnvgqW91hFIqg87-2f-t3TTeL_WzEf2Fk/s320/cara-belajar-bahasa-Inggris-cepat.jpg
ragam bahasa

Dalam pelaksanaannya untuk situasi pengajaran bahasa Indonesia sebagai bahasa kedua pun tidak mudah lantaran beragam hambatan teknis nan tetap sering menjadi alasan utama, misalnya, jumlah anak didik di dalam kelas. media pengajaran, dan sumber dava manusia (guru) nan tetap belum profesional. Selain itu berbagai ancangan di atasmeskipun sudah diuji keterandalannya dengan beragam uji-coba dan penelitian-sulit diterapkan dalam pengajaran bahasa Indonesia karena ancangan tersebut lebih banyak diterapkan pada siswa nan berlatar belakang bahasa pertama nan berbeda-beda (tidak serumpun) dalam pembelajaran bahasa Inggris.


Kasus di atas susah diterapkan dalam pengajaran bahasa Indonesia, lantaran posisi bahasa Indonesia dengan bahasa pertama nan dikuasi anak tetap berada dalam satu rumpun. Dengan situasi kedwibahasaan nan seperti ini. semua ancangan humanistik di atas tetap menjadi hambatan untuk diterapkan. nan lebih memungkinkan untuk dilaksanakan di Indonesia adalah ancangan komunikatif. Ancangan ini masih memanfaatkan pikiran Chomsky. terutarna konsep kompetensi dan performansinya. Bagi Chomsky, kompetensi merupakan the speaker-hearers knowledge of his language dan performansi merupakan the actual use of language in concrete situation (Chomsky. 1969:4).

Selengkapnya