Sosialita : Pengertian, Dampak, Dan Faktor Yang Mempengaruhi Terbentuknya Kelompok Sosialita

Sedang Trending 2 tahun yang lalu

Pengertian Sosialita. Istilah “sosialita” sudah bukan istilah asing bagi telinga banyak masyarakat Indonesia. Dengan adanya akses info nan semakin terbuka serta semakin maraknya media sosial, kehidupan sosialita semakin mudah dilihat di sebagian masyarakat Indonesia. Kelompok sosialita pada umumnya terdiri dari orang nan sangat kaya, suka pamer harta, dan sering dikaitkan dengan hedonisme. Hedonisme merupakan pandangan hidup bahwa menciptakan kebahagiaan sendiri bakal menyembuhkan kesedihan.

Istilah “sosialita” merupakan penyesuaian dari istilah dalam bahasa Inggris, ialah “socialite” nan sudah dikenal sejak tahun 1928, nan merupakan akronim dari dua kata “social” dan “elite”. Social alias sosial berarti nan berangkaian dengan masyarakat alias dapat berfaedah juga suka memperhatikan kepentingan umum. Sedangkan elite berarti orang-orang terbaik alias pilihan di satu golongan alias dapat berfaedah juga golongan mini orang-orang terpandang alias berderajat tinggi. Berdasarkan perihal tersebut, secara etimologi, istilah “sosialitadapat diartikan sebagai orang-orang nan mempunyai derajat tinggi alias terpandang, dan mereka mempunyai jiwa sosial terhadap orang-orang nan kurang mampu. Sedangkan secara terminologi, istilah “sosialitaberarti seseorang alias sekelompok orang nan selalu berperan-serta dalam aktivitas sosial dan menghabiskan waktu untuk menghibur dan dihibur pada acara-acara kelas atas. Sosialita juga dapat berarti golongan orang nan beraktivitas sosial dan melakukan segala perihal nan menyenangkan dan menyelenggarakan aktivitas nan mewah. Kaum sosialita ini biasa beranggotakan kaum elit (kelompok ibu-ibu, pengusaha, dan lain sebagainya) dengan penghasilan nan tinggi. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), sosialita diartikan dengan orang krusial alias sosok nan berpengaruh.

Selain itu, pengertian sosialita juga dapat dijumpai dalam beberapa pendapat nan dikemukakan oleh para ahli, diantaranya adalah :

  • Robert L. Peabody, dalam artikelnya nan berjudul “What is A Socialite ?”, nan dimuat dalam majalah Town and Country, menyebut bahwa sosialita adalah seseorang nan berperan-serta dalam aktivitas sosial dan menghabiskan sebagian banyak waktunya untuk menghibur sekaligus mendapatkan hiburan.
  • Joy Roesma dan Nadia Mulya, dalam “Kocok! Uncut: The Untold Stories of Arisan Ladies and Socialites”, menyebut bahwa sosialita adalah orang nan sering datang ke event style hidup dan diburu fotografer.

Dalam perkembangannya, istilah “sosialita” telah mengalami pergeseran dari makna aslinya. Sosialita lebih dipandang sebagai perihal nan berarti negatif, ialah orang alias sekelompok orang dengan style hidup mewah serta memamerkan kemewahannya tersebut (meskipun terkadang barang-barang nan dipamerkannya tersebut bukanlah peralatan miliknya sendiri).

Dampak Sosialita. Kehidupan sosialita nan konsumtif dan kerap menampilkan kemewahan mempunyai beberapa akibat nan lebih berkarakter negatif dalam kehidupan, diantaranya adalah :

  • konsumtif dan boros. Keinginan untuk berpenampilan nan serba mewah dan selalu mau dipandang sebagai orang nan kaya bakal menjadikan seorang sosialita konsumtif dan boros.
  • materialistis. Seorang sosialita selalu tidak puas dengan apa nan sudah dimiliki dan condong mempunyai sifat iri hati. Sifat materialistis ini bakal berakibat pada kesehatan mental, seperti stres lantaran tidak bisa bersaing dengan orang nan lebih tinggi derajatnya apalagi depresi lantaran ekspektasi terlalu tinggi.
  • berfoya-foya. Seorang sosialita bakal condong hidup berfoya-foya untuk memperlihatkan kepada orang lain bahwa dirinya adalah orang nan mampu.
  • hedonis. Gaya hidup seorang sosialita bakal menuntut dirinya untuk mengkuti budaya hedonis demi kesenangan dan kepuasaan dirinya.
  • mengikuti tren. Seorang sosialita bakal selalu mengikuti tren, sehingga dia bakal dianggap sebagai orang nan tidak ketinggalan jaman.
  • tidak bertanggung jawab. Biasanya style hidup sosialita bakal menumbuhkan sifat nan tidak bertanggung jawab, lantaran sering menyia-nyiakan waktu pada perihal nan tidak bermanfaat.

Faktor nan Mempengaruhi Terbentuknya Kelompok Sosialita. Kelompok sosialita timbul lantaran beragam latar belakang. Banyak aspek nan memepengaruhi terbentuknya golongan sosialita, diantaranya adalah :

1. Motif.

Motif merupakan dorongan dalam diri manusia nan timbul dikarenakan adanya kebutuhan-kebutuhan nan mau dipenuhi oleh manusia tersebut. Motif merupakan argumen seseorang untuk menentukan pilihan hidup. Gaya hidup sosialita biasanya dipengaruhi motif untuk menjaga gambaran publik dan kebutuhan terhadap menjaga nilai diri tetap tinggi.

2. Psikologis.

Setiap orang mempunyai kemauan nan berbeda. Keinginan tersebut tergantung pada aspek psikologis seseorang. Kaum sosialita dengan segala kekayaan nan dimilikinya, ketika merasa jenuh dengan segala rutinitasnya maka mereka bakal melampisakan dengan hal-hal nan menyenangkan alias mencari kesenangan untuk dirinya sendiri, seperti : berbelanja di mall, berjumpa dengan banyak orang, dan mencari intermezo lain nan dapat menghilangkan segala stress nan dialami. Mereka juga mempunyai kecenderungan untuk membeli barang-barang nan bermerk untuk mengimbangi kawan nan ada di lingkungannya alias hanya memenuhi pamor saja.

3. Konsep Diri.

Konsep diri merupakan inti dari kepribadian dalam diri seseorang. Konsep diri merupakan langkah pandangan dan sikap perseorangan terhadap diri sendiri. Konsep diri mengenai dengan dimensi fisik, karakter individual, dan motivasi diri, nan juga mencakup beragam kekuatan perseorangan dan juga kelemahannya, termasuk juga kegagalannya. Konsep diri adalah gambaran dari perilaku seseorang, nan berangkaian dengan prinsip nan perlu dipegang untuk menjadikan hidup lebih terarah. Jika konsep diri seseorang lemah, maka dia bakal mudah terpengaruh dan semakin dekat dengan kesempatan terjerumus kedalam kehidupan sosialita.

4. Kelompok Referensi.

Kelompok referensi atau golongan referensi merupakan suatu golongan orang nan mempengaruhi sikap, pendapat, norma, dan perilaku. Kelompok referensi juga dapat berfaedah setiap orang alias golongan nan dapat mempengaruhi baik secara langsung (tatap muka) ataupun tidak langsung terhadap sikap, perilaku, pendapat, norma ataupun nilai-nilai sebagai kerangka rujukan bagi seorang perseorangan dalam pengambilan keputusan. Sebuah golongan dapat menjadi golongan referensi ketika golongan tersebut membikin seorang perseorangan mengambil nilai, sikap, alias perilaku dari para personil golongan tersebut. Reference group memberikan standar (norma alias nilai) nan dapat menjadi perspektif penentu mengenai bagian seseorang berfikir alias berperilaku, dan golongan ini berfaedah sebagai referensi seseorang dalam pengambilan keputusan.

5. Kelas Sosial.

Kelas sosial merupakan pembagian alias pengelompokkan golongan dalam masyarakat nan didasarkan pada kriteria tertentu, seperti : ekonomi, pendidikan, status ekonomi, agama, keturunan, dan lain sebagainya. Kelas sosial merupakan suatu strata (lapisan) orang-orang nan berdomisili sama dalam kontinum (rangkaian kesatuan) status sosial. Maksudnya adalah bahwa dalam masyarakat terdapat orang-orang nan secara sendiri-sendiri alias bersama-sama mempunyai kedudukan sosial nan kurang lebih sama dan mereka nan mempunyai kedudukan kurang lebih sama tersebut bakal berada pada suatu lapisan nan kurang lebih sama pula.

6. Lingkungan.

Lingkungan merupakan salah satu aspek nan dapat mempengaruhi kehidupan seseorang bersikap. Lingkungan dimaksud berangkaian dengan unsur kebudayaan, strata sosial, golongan sosial, dan keluarga, nan masing-masing bakal memberikan akibat nan berbeda-beda. Kelompok nan paling menimbulkan akibat adalah golongan nan sering ditemui.

Demikian penjelasan berangkaian dengan pengertian sosialita, akibat dan aspek nan mempengaruhi terbentuknya golongan sosialita.

Semoga bermanfaat.

Selengkapnya