Strategi Pemerolehan Bahasa Kedua

Sedang Trending 8 tahun yang lalu

   STRATEGI PEMEROLEHAN BAHASA KEDUA

  Perlu diingat bahwa strategi-strategi nan telah dikenal perlu dibagi ke dalam komponen-komponennya. Strategi pertama berpegang pada semboyan: mempergunakan pemahaman nonlinguistik sebagai dasar untuk penetapan alias pemikiran bahasa. Strategi ini berjalan dan beraksi pada tahap umum dalam karya Brown mengenai dasar kognitif ujaran tahap I. Adapun objek dan persona terus-menerus ada walaupun di luar jangkauan pandangan nan merupakan pemahaman nonlinguistik nan menjadi dasar alias landasan bagi pengarah bahasa alias terjemahan anak-anak terhadap ketidakstabilan alias kemudahan mengalirkan pemikiran ke dalam kategori-kategori bahasa nan lebih pasti.

   Strategi kedua berpegang pada semboyan: memergunakan apa saja alias segala sesuatu nan penting, nan menonjol dan menarik hati. Ada dua karakter nan kerap kali krusial dan menonjol bagi anak-anak mini dan berbobot bagi sejumlah kata-kata pertama mereka ialah objek-objek nan dapat membikin anak-anak aktif dan giat (misalnya kunci, palu, kaos kaki, topi) dan objek-objek nan bergerak dan berubah (seperti mobil, jam). Anak-anak memperhatikan objek-objek nan mewujudkan hal-hal nan menarik hati ini dan mereka memperhatikan langkah menamai objek-objek itu dalam masyarakat bahasa. Perhatian anak-anak juga bisa pada unsur bahasa nan memainkan peranan krusial sintaksis dan semantik dalam kalimat. Pusat perhatian tertentu bagi seorang anak mungkin saja berbeda pada periode nan berbeda pada setiap anak.

    Strategi ketiga berpegang pada semboyan: anggaplah bahwa bahasa dipakai secara referensial alias ekspresif dan dengan demikian menggunakan info bahasa. Anak-anak golongan referensial mempunyai 50 kata pertama mencakup suatu proporsi nomina umum nan tinggi dan nan seakan-akan memandang kegunaan utama bahasa sebagai penamaan objek-objek. Anak golongan ekspresif mempunyai 50 kata pertama secara proporsional mencakup lebih banyak kata nan dipakai dalam ekspresi-ekspresi sosial (seperti terima kasih, jangan begitu) dan lebih sedikit nama-nama objek nan memandang bahasa (terutama sekali) sebagai pelayanan fungsi-fungsi sosial efektif. Kedua golongan anak itu menyimak bahasa sekitar mereka secara berbeda. Kelompok nan satu memperlakukan bahasa nan dipakai untuk mengacu, sedangkan golongan nan satu lagi, kepada bahasa nan dipakai untuk bergaul, bersosialisasi. Ada tujuh kegunaan bahasa ialah kegunaan instrumental, kegunaan regulasi, kegunaan representasi, kegunaan interaksi, kegunaan personal, kegunaan heuristik, dan kegunaan imajinatif. Fungsi instrumental bahasa berangkaian dengan pengelolaan lingkungan, mengkomunikasikan tindak. Fungsi izin alias pengaturan berkenaan dengan pengendalian peristiwa, penentuan norma dan kaidah, pernyataan setuju tidak setuju. Fungsi representasi berkenaan dengan pernyataan, menjelaskan melaporkan. Fungsi hubungan berangkaian dengan hubungan komunikasi sosial. Fungsi individual berkenaan dengan kemungkinan seorang pembicara mengemukakan perasaan, emosi, dan kepribadian. Fungsi heuristik berangkaian dengan perolehan pengetahuan dan belajar tentang lingkungan. Fungsi imajinatif berangkaian dengan daya cipta khayalan dan gagasan.

Selengkapnya